MAKALAH PSIKOLOGI
ANAK GADIS PADA MASA ADOLESCENTIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi ibu dan anak
DOSEN PEMBIMBING : Erike Yunicha Viridula, SST
DISUSUN OLEH :
KELAS FIBULA KELOMPOK 5
1.
ALBINA LERO (1240100246)
2.
GALUH LUSIANA
(1240100267)
3.
IRIN KARTIKASARI
(1240100274)
4.
SYLVIA ARIES
FAHRIANA (1240100325)
5.
UMNIATI HADI (1240100330)
AKADEMI KEBIDANAN WIYATA MITRA HUSADA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
KERTOSONO – NGANJUK
2013
|
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun Makalah
Psikologi tentang “Anak Gadis Pada Masa Adolescence’’ Dalam penyusunan makalah
ini kami masih memiliki banyak kekurangan, maka dalam kesempatan kali ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dra.
MTh. Sri Suwarti, SST., MM.Kes., MM. selaku Direktur Akademi Kebidanan Wiyata
Mitra Husada Nganjuk
2. Erike Yunicha Viridula, SST,
selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah psikologi
3. Semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
Penyusun
menyadari bahwa masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun pada umumnya dan pembaca pada khususnya.
Nganjuk, 2013
Penyusun
|
||||
|
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1.
Latar
Belakang ............................................................................... 1
1.2.
Tujuan
Penulisan ............................................................................ 2
1.3.
Manfaat
Penulisan ......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3
2.1 Pengertian Adolescentia ................................................................. 3
2.2 Ciri - ciri Adolescentia..................................................................... 3
2.3 Akibat ............................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 5
3.1
Cinta
Diri.......................................................................................... 5
3.2
Fantasy
Seksual................................................................................ 9
3.3
Multiple
Personalty.......................................................................... 9
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 11
4.2 Saran ............................................................................................... 11
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dengan
“selesainya” masa pubertas (awal), masuklah anak kedalam periode kelanjutannya,
yaitu masa pubertas akhir atau adolesen. Untuk merumuskan sebuah definisi yang
memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan
kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat ditetapkan secara
pasti. Kesulitan untuk memastikan kapan berakhirnya masa adolesen ini, di
antaranya karena adolesen sesungguhnya merupakan suatu ciptaan budaya, yakni
suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan terhadap
perubahan social yang menyertai perkembangan industri pada anak ke-19 di Eropa
dan Amerika Serikat.
Setidaknya,
hingga akhir abad ke-18, konsep adolesen belum digunakan untuk menunjukkan
suatu periode tertentu dari kehidupan manusia. Baru sejak abad ke-19 muncul
konsep adolesen sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa
anak-anak dan masa dewasa. Masa adolesen ini oleh Sigmund Freud sebagai “edisi
keduadari situasi oedipus”. Sebab, relasi anak muda terhadap usia ini masih
mengandung banyak unsur yang rumit dan belum terselesaikan. Yaitu banyak
konflik antara isi psikis yang kontra diktif, terutama pada relasi anak muda
dengan orang tua dan objek cintanya.
Pada
masa adolesen ini tejadi proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisis, yang
berlangsung secara berangsur-angsur dan teratur. Masa ini merupakan kunci
penutup dari perkembangan anak. Pada periode ini anak muda banyak melakukan
introspeksi (mawas diri) dan merenungi diri sendiri. Akhirnya anak bisa
menemukan aku-nya.Dalam artinya dia mampu menemukan keseimbangan dan harmoni
atau keselarasan baru diantara sikap kedalam diri sendiri dengan sikap keluar.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
1.
Mengetahui
tentang masa adolesen
2.
Menguraikan
tentang perkembangan psikologis pada masa adolesen
3.
Menguraikan
tentang ciri-ciri pada masa adolesen
1.2.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa diharapkan mmapu mengeteahui perkembangan
masa adolesen
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1
Bagi Penulis
1.
Dapat memahami setiap
tahap perkembangan dari masa Adolesen
2.
Dapat memahami karakteristik
perkembangan adolensen
1.3.2
Bagi Institusi Pendidikan
1.
Dapat membantu menambah wawasan bagi pembacanya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Adolescentia
Remaja dalam pengertian
umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis.
Poerwadarminta menyatakan
remaja adalah:
a)
Mulai
dewasa: sudah sampai umur untuk kimpoi,
b)
Muda
: (tentang anak laki-laki dan perempuan) mulai muncul rasa cinta birahi
meskipun konsep ini kelihatan sederhana tetapi setidaknya menggambarkan
sebagaian dari pengertian remaja.
Adolescentia
berasal dari istilah latin, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17 – 30
tahun. Sehingga disimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai
antara 12 – 22 tahun.
2.2
Ciri – Ciri Adolescentia
Bagi anak gadis, perkembangan fisik yang berhubungan dengan aspek seksual
yang terjadi selama masa puber memiliki ciri-ciri yang amat khas. Walaupun
masing-masing anak dapat berbeda dalam perkembangannya tetapi umumnya ciri-ciri
standart perkembangan tersebut adalah :
1.
Perkembangan mulai kira-kira pada umur 11 tahun.
2.
Berikutnya buah dada mulai tumbuh dan pantatnya makin membulat.
3
Rambut di kemaluan mulai tumbuh.
4
Uterus, vagina. Labia dan clitoris mulai membesar ukurannya.
5
Selanjutnya bulu di kemaluan mulai terlihat jelas dan buah dada semakin
membesar.
6
Perkembangan secara fisik ini mencapai puncaknya kira-kira pada usia 12
tahun.
7
Pada puncak perkembangan ini menstruasi mulai datang.
Setelah fase ini mereka akan dapat melakukan pembuahan ( konsepsi ) kira-kira
setahun setelah menstruasi datang.
2.3
Akibat
Pada masa
adolescence, biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang gadis baik fisik
maupun psikis, walaupun akibatnya sementara akan tetapi mempengaruhi perubahan
dalam pola prilaku, sikap dan kepribadian.perubahan-perubahan tersebut di
antaranya:
1.
Cinta diri
2.
Fantasi sexual
3.
Multiple personality
BAB III
PEMBAHASAN
Ketika pertumbuhan ini sedang terjadi, ada kalanya
tubuh seorang anak gadis tumbuh secara asimetris. Misalnya, kaki mereka tumbuh
lebih dulu. Lalu tungkai dan lengan. Selanjutnya baru bagian tubuh lainnya. Ada
kalanya ketika pertumbuhan ini sedang terjadi mereka tampak lucu dan ini kadang
kala dapat membuatnya minder. Misalnya ukuran kaki yang tiba-tiba dirasakan
besar sekali. Untuk itu orang tua sebaiknya membantu mereka dengan menjelaskan
tentang pertumbuhannya itu melalui informasi-informasi yang benar.
Pada masa adolescence, biasanya akan terjadi perubahan
pada diri seorang gadis baik fisik maupun psikis, walaupun akibatnya sementara
akan tetapi mempengaruhi perubahan dalam pola prilaku, sikap dan
kepribadian.perubahan-perubahan tersebut di antaranya:
CINTA DIRI
Pengertian
Dua kata yang
perlu di jelaskan dari kutipan di atas yaitu: cinta dan diri sediri. Cinta bermakna
perasaan puas pada diri seseorang, sehinga suatu atau yang di cintai akan
mendapat perlakuan yang istimewa dari orang yang di cintainya, mendapat
penjagaan, diperlakukan secara istimewa, membayangkan keberadaannya, semua hal
yang di lakukan karena cinta adalah demi menjaga keberadaan dan rasa puas yang
di miliki terhadap yang di cintai. Kalau yang di cintai berupa barang, maka
barang tersebut tidak akan pernah di rusakan, cacat atau di rampas orang.
Diri sendiri artinya bukan orang lain istilahnya yaitu “AKU”,
meliputi tubuh dan batin.jadi mencintai diri sendiri adalah mencintai tubuh dan
batin,bagaimana seseorang mencintai didirinya maka ia akan merawat tubuhnya,
menjaganya, dan tidak akan membahayakannya.
Cinta diri
merupakan sumber pergeseran dan benturan sebanyak komponen yang ada pada
manusia, cinta diri menciptakan tuntutan hasrat dan kebutuhan serta kebebasan
yang meluas pada manusia. Ada dua kepentingan hidup yaitu kepentingan pribadi
dan kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak berarti,
karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun
dari dirinya. Berdasarkan cinta diri setiap manusia selalu mendahulukan
kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.
Jenis Cinta Diri
a. Cinta Diri Positif
1.
Terdiri dari,kecintaanmu pada dirimu,jelas melebihi kecintaanmu pada orang
lain.
2.
Cinta pada diri sendiri dan orang lain dapat saling berdampingan
3.
Cintailah orang di sekelilingmu sebagaimana engkau mencintai dirimu
sendiri,menunjukan bahwa integritas keunikan diri serta cinta dan pengertian
terhadap manusia lainya.
b. Cinta diri negative
Dimana seseorang
hanya mencintai dirinya sendiri tanpa mementingkan kepentingan orang lain.dan
mementingkan kepentingan dirinya tanpa mempertimbangakan orang lain di
sekelilingnya.
Faktor yang mempengaruhi
Karena naluri
cinta ada dua factor yaitu cinta dengan kepentingan pribadi dan cinta dengan
kepentingan bersama.
Akibat
Mengamati cinta
diri pada tataran fungsional dan aplikatifnya, naluri ini menjadi sumber
pergesekan dan benturan, sebanyak komponen yang ada pada umat manusia. Cinta
diri menciptakan tuntutan, hasrat, kebutuhan, kebebasan yang seluas-luasnya
pada image manusia. Cinta diri mendorong setiap yang empunya melibatkan apa
saja di sekitarnya yang bisa memenuhi kebutuhan dan memuaskan tututannya.
Sehingga, menjadi mustahil bertahan hidup dalam kesendirian dan keterasingan.
Kodratnya
menghukum dirinya sebagai political animal, sehingga ia terpaksa mengadakan
kontrak sosial dengan selainnya, dan tak segan-segan melibatkan sesamanya demi kepentingan
cinta diri sendiri. Dari cara yang paling sopan, sampai modus yang paling
sadis, layaknya Hanibalisme, Vandalisme, atau bentuk yang lebih licik dan
terselubung semisal Demokrasi, Liberal, Perdamaian, HAM, dll. Maka, disini
seperti ada perebutan kepentingan yang mau tidak mau mesti dijalani umat
manusia, dimanapun, kapanpun.
Perebutan itu
bukan hanya antar-komponen umat, tetapi antar-umat dan komponennya sendiri.
Jelas disini, ada adu dua kepentingan hidup; kepentingan pribadi dan
kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak berarti, karena
naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun dari
dirinya.
Penanganan
Berdasarkan
cinta diri, setiap manusia selalunya mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan
umum. Dilema sosial dan egosentrisme ini tidak akan bisa diselesaikan oleh atau
dinisbahkan kepada institusi sosial atau perangkat kekuasaan, karena keduanya
produk sekawanan manusia yang masing-masing juga cinta diri.
Sepertinya boleh
dikatakan bahwa segala apapun yang terjadi di dunia ini adalah berkah kekuatan
dan kebebasan egoisme, sebuah naluri yang terpatri dalam kodrat manusia.
Sejarah peradabannya tidak pernah memberikan laporan yang bisa menekan tensi anxiety, selain manipulasi dan pembodohan fakta.
Ketika Demokrasi, Modernitas dan Globalisasi dianggap peradaban manusia
terunggul, umat manusia, secara sadar atau terpaksa, tengah menyimak variabel
pemalsuan riwayat hidup mutakhirnya.
FANTASI SEXUAL
Pada masa ini
seseorang mulai merasakan cinta dan kasih sayang satu sama lain, mempunyai
perhatian yang lebih mengenai siapa dan bagaimana mereka (lawan jenis) di mata
orang lain, mereka mulai merasakan ketertarikan secara sexual antara satu
dengan yang lain.sehinga timbul yang di namakan rasa suka,ingin memiliki dan
saling memuji.bagi remaja yang pola perkembanganya normal dalam arti dia
menyadari setiap tahap perkembangan,maka tidak adanya hambatan dalam dirimya
untuk melewati fase ini,akan tetapi apabila ada remaja yang memang tidak
melewati fase ini maka akan terjadi keterbelakangan daya tarik atau
ketertarikan dengan lawan jenis pada masanya.
MULTIPLE PERSONALITY
Kepribadian
ganda (tidak hanya 2 kepribadian, bisa lebih dari 2) atau multiple personality.
Secara mudahnya bisa di katankan 2 atau lebih jiwa yang menghuni badan
dan raga seseorang. Ini merupakan salah satu bentuk kelainan jiwa, dalam
pengertian umum kelainan jiwa tidak sama dengan sakit jiwa. Sakit jiwa
konotasinya seseorang yang kehilangan realitas hidupnya,tertawa sendiri,menagis,berhalusinasi.sedangkan
kelainan jiwa lebih halus dari sakit jiwa,kelainan jiwa masi dalam tahap
normal,tidak mengganggu dan biasanya tidak teridentifikasi bila tidak
mengunakan alat tes psikologi.,contoh:rasa takut berlenihan,takut gelap,takut
keramaian,takut laba-laba (secara berlebihan).kelainan jiwa ini bisa bersifat
keturunan atau juga pengaruh lingkungan biasanya karena obsesi yang mendalam
atau tekanan jiwa/batin yang keras dan lama. Penyebab terjadinya gangguan
kepribadian majemuk di akibatkan oleh penyiksaan fisik yang di lakukan oleh ibu
atau bapaknya sendiri.akan terjadi pribadi dominan bisa menyadari
pribadi-pribadi lainya namun pribadi asli kadang tidak menyadarinya sama
sekali.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Istilah
adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescereyang berarti “tumbuh”
atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan
saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik.
Sikap
remaja dalam hal perkawinan sangat bervariasi, dimana segolongan remaja
menunjukkan sikap bahwa pekawinan itu sebagai kebahagiaan hidup, sedangkan yang
sebagian lagi mereka takut memasuki perkawinan.Timbulnya sikap takut itu karena
dipengaruhi oleh suasana kehidupan di lingkungan keluarganya. Pada umumnya,
remaja yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis membayangkan
perkawinan itu sebagai sesuatu yang membahagiakan. Sedangkan remaja yang
dibesarkan di lingkungan keluarga broken home , membayangkan perkawinan itu
seperti suasana yang tampak di lingkungan rumah tangganya (tidak bahagia).
4.2
Saran
Mengingat
manusia tidak luput dari kesalahan, makalah yang kami susun inipun masih banyak
kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dari
masyarakat pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar